DoLphin

DoLphin

Monday 5 November 2012

Penilaian Tingkat Kesehatan dengan metode CAMELS

Dalam hal ini, CAMELS merupakan salah satu instrumen Bank Indonesia yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor CAMELS ini sudah diakui dunia perbankan internasional (standar BIS adalah CAMEL), berkiblat pada aturan yang ditetapkan oleh BIS (Bank Internasional Settlement) yang merupakan bank sentral dari bank sentral utama dunia yaitu suatu organisasi yang bermarkas di kota Basle, Switzerland yang beranggotakan 10 (sepuluh) negara-negara maju yaitu: United States, West Germany, Japan, Britian, France, Italy, Belgium, The Nederlands, Canada, dan Sweden. Kegiatan kelompok perbankan ini sangat berpengaruh terhadap perbankan global. Oleh karena itu, hampir seluruh sistem perbankan internasional mengacu pada standar BIS, atau memang secara terpaksa harus mengikuti, agar operasional perbankan suatu negara dapat memenuhi standar yang diakui secara internasional dan dapat diterima dalam kancah operasional perbankan dunia.

Lalu bagaimana tata cara selengkapnya mengenai perhitungan CAMELS?
Sebelum saya ulas lebih jauh mengenai tata cara selengkapnya perhitungan kesehatan bank di Indonesia dengan menggunakan “CAMELS”, saya merangkum dulu beberapa hal mengenai CAMELS, terutama dikaitkan beberapa kesulitan yang mungkin dihadapi ketika melakukan perhitungan di lapangangnya:
1.      Penilaian CAMELS bersifat rahasia, yang hanya diketahui oleh Bank Indonesia dan manajemen bank yang dinilai saja. Dengan demikian, publik atau masyarakat tidak tahu persis mengenai hasil perhitungan selengkapnya. Jadi publik tidak mengetahui apakah suatu bank tersebut memperoleh komposit 1, 2, dan seterusnya. Sebagai cacatan, istilah “komposit” tersebut menggantikan istilah “sehat”, “cukup sehat” , dst pada penilaian kesehatan bank sebelumnya versi CAMEL

2.      Perhitungan CAMELS dilakukan oleh manajemen bank terlebih dahulu atau bersifat self-asessment. Selanjutnya pemeriksa bank dari Bank Indonesia akan melakukan konfirmasi dan evaluasi terhadap hasil perhitungan versi bank tersebut sebelum memutuskan hasil akhir perhitungan. Jadi hanya pihak manajemen bank dan BI sendiri yang mengetahui data-data yang digunakan dalam perhitungan tersebut, termasuk hasil atau nilai untuk setiap parameternya. Dan sebagian besar data-data tersebut tidak dipublikasi ke masyarakat. Sebagai contoh, jumlah dan nilai simpanan dari debitur inti tidak akan terlihat pada laporan keuangan yang dipublikasikan ke masyarakat. Beberaoa rasio yang memang diharuskan dipublikasiakan ke masyarakat, misalnya adalah CAR, LDR, NIM, BOPO, atau Kualitas Aktiva Produktif. Padahal rasio-rasio tersebut baru sebagian kecil dari paramater dalam CAMELS

3.      Penilaian CAMELS tidak hanya bersifat kuantitatif saja, namun juga mempertimbangkan aspek kualitatif dalam bentuk “expert judgment”- baik dari penilai dari bank yang bersangkutan maupuan dari pemeriks BI. Inilah perbedaan yang signifikan dari CAMELS dibandingkan CAMEL. Pada CAMEL, sebagian besar proses penilaian kesehatan bank menggunakan rumus-rumus matematika dan sistem scoring dari hasil penilaiaj untuk setiap parameter, yaitu dengan skala 0 sampai 100. Dan nilai akhir dari kesehatan bank pun akhirnya berupa angka yang selanjutnya menentukan klasifikasi kesehatan bank yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”, “Kurang Sehat” dan “Tidak Sehat”. Sedangkan pada versi CAMELS menggunakan matriks penilaian yang tidak hanya sekedar pendekatan kuantitatif saja. Hasil akhirnya pun adalah “Komposit 1″ yang identik “sangat baik” atau “sehat” sampai “Komposit 5″ yang bisa dikategorikan “buruk” atau “tidak sehat”.

Terlepas dari beberapa hambatan dan keterbatasan perhitungan CAMELS oleh publik- dalam hal ini mahasiswa atau peneliti, tahap-tahap perhitungan CAMELS secara umum adalah sebagai berikut:
1.      Hitunglah nilai parameter sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan pada Peraturan Bank Indonesi berikut Surat Edarannya. Misalnya Anda harus menghitung nilai CAR dan 7 parameter lainnya untuk faktor permodalan atau “C”. Dan disinilah kita menghadapi kesulitan dalam mencari data pendukungnya, walaupun rumus untuk setiap parameter sudah disajikan dengan jelas pada Peraturan Bank Indonesia.

 2.      Berdasarkan nilai parameter tersebut, misalnya CAR, lihatlah pada matriks penilaian komposit untuk faktor permodalan yang telah disediakan oleh BI. Dari matriks tersebut kita akan mengetahui nilai kompositnya jika diketahui nilai CAR. Misalnya, bank dengan CAR = 8% akan memperoleh nilai “Komposit 3″. 

3.      Hitunglah nilai komposit untuk seluruh komponen dari mulai “C” sampai “S”. Sebagai contoh, pada faktor “C” akan ada 8 nilai komposit.

 4.      Tetapkan nilai komposit faktor berdasarkan nilai komposit parameter penyusunnya. Jadi  kita  akan menetapkan  6 nilai komposit berikutnya untuk masing-masing faktor, yaitu “C”, “A”, “M”, “E”, “L” dan “S”. Misalnya,  kita harus menetapkan berapa nilai komposit agregat untuk faktor “S” berdasarkan 8 nilai komposit dari parameter penyusunnya.Perlu diketahui bahwa tidak ada rumus matematis yang menghubungkan distribusi nilai komposit per parameter dengan nilai komposit agregat untuk faktornya. BI sudah menyediakan lembar kerja  untuk penilaian tersebut. Lembar kerja tersebut tidak hanya mencantumkan nilai parameter dan hasil penilaian kompositnya saja, namun juga uraian yang bersifat kualitatif. Jadi penilaian CAMELS tersebut juga mempertimbangkan “expert judgement” terhadap kondisi yang terkait dengan parameter yang dinilai

 5.      Setelah mengetahui 6 nilai komposit, langkah terakhir adalah menentukan nilai komposit akhir dari bank tersebut. Misalnya, jika sebuah bank memperoleh nilai komposit 1 untuk faktor “C”, komposit 2 untuk “A”, komposit 2 untuk “M”, komposit 3 untuk “E”, komposit 1 untuk “L”, dan Komposit 3 untuk “S”, maka berapa nilai Komposit akhir dari bank tersebut? Sekali lagi, tidak ada rumus matematik yang menghubungkan nilai komposit masing-masing faktor dengan nilai komposit akhir dari bank tersebut. Selalu ada penjelasan kualitatif tentang hasil akhir penilaian tersebut yang selengkapnya tertuang dalam lembar kerja yang sudah disediakan. Memang akhirnya setiap bank pasti memperoleh nilai komposit akhir tersebut, yang menunjukkan nilai akhir dari penilaian kesehatan terhadap bank tersebut.

Perhitungan CAMELS dan penyampaian hasilnya memang bersifat rahasia atau tidak dipublikasikan ke umum. Dengan demikian, sebagian besar data-datanya memang tidak ada di laporan keuangan yang dipublikasikan ke umum. Sebagai contoh, komponen yang digunakan untuk menilai “S” terdiri dari tiga yaitu
(1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mencover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan Potential Loss Suku Bunga (=Eksposur Trading Book + Banking Book x fluktuasi Suku Bunga);
(2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan Potential Loss Nilai Tukar (=Eksposur Trading Book valas + Banking Book Valas x Fluktuasi Nilai Tukar)
(3) Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko Pasar (Market Risk).

Dua komponen yang pertama bersifat kuantitatif yang berkaitan dengan kesiapan pihak bank dalam menghadapi resiko tingkat suku bunga dan resiko nilai tukar. Kesiapan tersebut pada prinsipnya ditunjukkan dengan kemampuan modal yang “dilebihkan”- maksudnya bank menyediakan modal lebih dari nilai modal minimum yang ditetapkan. Ekses modal digunakan untuk meng-cover atau menutupi kerugian akibat fluktuasi tingkat suku bunga dan nilai tukar. Tetapi sayangnya “data mentah”- untuk perhitungan tersebut tidak dapat diperoleh oleh masyarakat umum, kecuali kita memperolehnya dari pihak internal bank- yang rasanya memang sulit didapatkan karena mungkin tergolong sensitif atau rahasia.

 Selain itu, perhitungan CAMELS ini sepengetahuan saya, pada tahap awalnya bersifat “self-assessment” yaitu dihitung berdasarkan penilaian dari pihak bank sendiri. Namun penilaian akhirnya tetap setelah melalui proses konfirmasi atau pemeriksaan oleh pihak Bank Indonesia

 Nama : Welthi Sugiarti
judul skripsi :

No comments:

Post a Comment