AKUNTANSI
INFLASI , MODEL PENILAIAN DAN PENENTUAN LABA
Perubahan dari
Konsep Stable Monetary Unit
Stable
Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang
menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang
ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau
kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap
itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan
(Harahap,2001). Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah mendengar ada
valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana
nilai tukarnya atau daya belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai
tukar atau daya belinya justru menurun (inflasi). Di Indonesia pada tahun 1965
tertinggi sampai 650 %, pada tahun 1999 saja tingkat inflasi di Indonesia
mencapai 9,35%. Ini menunjukkan bahwa prinsip Stable Monetary Unit hanya dalam asumsi
tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini adalah untuk memudahkan perumusan
teori dan asumsi akuntansi keuangan. Permasalahan
diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan informasi yang disajikan
laporan keuangan pada masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang
terdapat didalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari
permasalahan tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa
menggunakan historical
cost accounting, tetapi harus dibuat informasi atau laporan
suplemen yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan keuangan, selain itu
terdapat usulan lain yaitu menggunakan akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan
keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang itu
pada laporan keuangan sehingga laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang
pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.
Akuntansi
Inflasi
1.
Sejarah Akuntansi Inflasi
Akuntan
di Inggris dan Amerika Serikat telah membahas dampak inflasi terhadap laporan
keuangan sejak awal 1900-an, dimulai dengan teori indeks jumlah dan daya beli.
1911 buku Irving Fisher Kekuatan Pembelian Uang tersebut digunakan sebagai
sumber oleh Henry W. Sweeney pada tahun 1936 bukunya Akuntansi stabil, yang
sekitar Konstan Purchasing Power Akuntansi. Model oleh Sweeney digunakan oleh
The American Institute Akuntan Publik untuk 1963 studi penelitian mereka (ARS6)
Pelaporan Keuangan Dampak Perubahan Harga-Level, dan kemudian digunakan oleh
Dewan Prinsip Akuntansi (AS), Dewan Standar Keuangan (Amerika Serikat ), dan
Standar Akuntansi Komite Pengarah (Inggris). Sweeney menganjurkan menggunakan
indeks harga yang mencakup segala sesuatu dalam produk nasional bruto. Pada
bulan Maret 1979, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menulis Konstan Dolar
Akuntansi, yang menganjurkan menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Semua
Urban Konsumen (CPI-U) untuk menyesuaikan akun karena dihitung setiap bulan.
Selama
Depresi Besar, beberapa perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan mereka
untuk mencerminkan inflasi. Pada saat selama 50 tahun terakhir penetapan
standar organisasi telah mendorong perusahaan untuk melengkapi laporan keuangan
berbasis biaya dengan laporan yang disesuaikan tingkat harga. Selama periode
inflasi tinggi di tahun 1970, FASB sedang meninjau proposal rancangan untuk laporan
disesuaikan tingkat harga ketika Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) mengeluarkan
ASR 190, yang membutuhkan sekitar 1.000 dari perusahaan terbesar AS untuk
memberikan informasi tambahan berdasarkan pada biaya pengganti. FASB menarik
RUU.
2.
Pengertian Akuntansi Inflasi
Menurut
Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
“merupakan
suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah
memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi
yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Tujuan dari Akuntansi
Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap
orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa
depan.
Akuntansi Inflasi merupakan
sutu metode untuk mengkoreksi,dengan menyatakan kembali sepenuhnya laporan
keuangan berdasarkan harga perolehan historis kedalam suatu cara yang
mencerminkan perubahan daya beli mata uang yang diukur dengan menggunakan angka
indeks. Akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi
konvensional yang telah ada, namun merupakan informasi tambahan bagi para pemakainya.
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama
dengan metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba
yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi
nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan.
Metode
pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi (Johnson,1977) sebagai berikut :
1. The entry value system
dari harga umum yang terdiri dari:
a. Historikal cost
b. General price level
c. Replacement cost
d. Reproduction cost
2. The exit value system
harga pasar atau current market value yang terdiri dari:
a. net realizable value
b. selling price
c. expected value
Dari
sudut akuntansi inflasi, di luar historikal cost adalah metode menyusun
laporan keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaruh inflasi.
2.1
General Price Level
Dalam
metode General Price Level misalnya metode historical cost disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada
nilai historical cost.
Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :
§ Dapat menjelaskan pengaruh
inflasi pada perusahaan
§ Dapat meningkatkan kegunaan
perbandingan laporan antar periode
§ Membantu pemakai laporan
menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik
§ Memperbaiki tingkat
kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan
keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :
§ Inflasi itu terjadi pada
barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamaratakan
§ GPL tidak bermakna bagi
perusahaan
§ Angka yang disesuaikan tidak
menggambarkan arus kas
§ Rasio itu adalah indikator
mentah
2.2
Current Cost Accounting
Menurut
Edgar Edwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep
CCA ini. Menurut mereka yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada. Konsep dimana menyatakan nilai
pos-pos laporan keuangan dengan harga perolehan sekarang yaitu dengan harga
perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapasitas yang sama.
Kelebihan CCA :
§ Current cost menunjukan
jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode berjalan untuk
memperoleh aktiva atau jasa.
§ Current cost memungkinkan
identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi, sehingga mencerminkan hasil-hasil keputusan manajemen asset
dan dampak dari lingkungan atas perusahaan yang tidak tercermin dalam transaksi
rutin.
§ Current cost menggambarkan
nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan untuk memperoleh
aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
§ Penjumlahan aktiva yang
dinyatakan dalam nilai sekarang lebih berarti dari pada penambahan biaya
historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
§ Current cost memungkinkan
pelaporan current operating profit,yang dapat digunakan untuk meramalkan arus
kas masa depan.
Kelemahan CCA :
§ Pengguna
current cost adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan
sekarang yang pasti setiap saat.
Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan
Akuntansi Nilai
Sekarang adalah pengukuran dari nilai sekarang (current
value) itu sendiri.Menurut Martin A. Miller ada dua metode yang paling sering
digunakan dalam perhitungan yaitu : Sistem
Nilai Masukan (Entry Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit Value
System).
Entry Value System didasarkan atas dasar harga pokok
penggantian (Replacement Cost) atau harga pokok, untuk memproduksi (Reproduksi
Cost). Yang dimaksud dengan Replacement Cost adalah estimasi biaya
yang harus dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru atau ekuivalennya pada
harga sekarang (current prices) setelah disesuaikan dengan depresiasi.
Sedangkan Reproduction Cost dimaksud sebagai estimasi biaya yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya pada harga sekarang
setelah diasumsikan dengan depresiasinya.
Exit
Value Sistem biasanya
didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable Value)
dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas Discounted
Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah estimasi
harga penjualan atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menjual aktiva tersebut. Sedangkan Discounted Future Cash Flow
dimaksudkan sebagai nilai sekarang (present value) dari estimasi pemasukan kas
(Cash Inflow) atau cast saving yang dijual
Berikut
ini adalah beberapa bentuk current cost :
a.
Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk
mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang
sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter,
sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajikan menurut nilai gantinya,
nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung
berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog
depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Dalam penyajiannya hutang
ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inflasi nilai dari replacement
value ini lebih besar dari general price level.
Metode ini dikritik
dalam hal :
§ Subjektivitas penilaian atau
taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada
transaksi yang sebenarnya.
§ Dalam hal harga suatu aktiva
menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya
penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical
cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost.
§ Perubahan harga umum tidak
tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva
tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan merupakan
metode akuntansi inflasi
§ Sukar melakukan perbandingan
antar perusahaan yang saling berbeda. Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak
menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan dalam akuntansi inflasi.
b.
Reproduction cost adalah istilah lain yang
hampir sama dengan replacement cost ini. Disini harga itu diukur berdasarkan
harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang
dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva
yang dibuat itu. Jika suatu aktiva baru direproduksi tanpa menghiraukan perubahan
teknologinya nilainya sama dengan replacement
cost. Dengan demikian secara umum apa yang berlaku pada metode replacement cost berlaku juga pada reproduction cost.
c.
Net Realizable Value
Harga
pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual
sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip
going concern sehingga menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current
market value ini adalah net realizable value.
NRV
merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai
dari net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen
tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price
level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga
jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir periode.
d.
Selling Price
Di sini nilai yang dipakai
adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan
yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable
value dan metode lain yang disebut sebelumnya.
e.
Expected value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan
seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain
karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa
yang akan datang.
Monetary Non
Monetary Items
Monetary Items adalah aktiva atau keewajiban yang dinilai atau disajikan
dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang atau uang atau kewajiban lainnya
yang angk dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar
dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis
dan nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan
direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current
value), untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali barangkali
untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected
value) dimasa yang akan datang. Contoh lainnya: deposito,valuta asing, atau
klaim valuta asing, surat berharga, aktiva yang akan dijual tahun depan, utang
pajak, utang jangka panjang,saham preferen yang tidak konvertible dan tidak
berpartisipasi, wesel, akumulasi penyisihan piutang, piutang pegawai, piutang
jangka panjang, uang muka, dan utang gaji.
Non-Monetary Items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut
kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai
old cost bukan nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan, bangunan,
peralatan, persediaan yang akan dipakai nanti dalam operasi perusahaan dan akan
diganti terus jika perusahaan terus beroperasi. Dalam metode current value harga
baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang. Contoh lainnya adalah
biaya dibayar dimuka, investasi dalam saham, utang pajak tertunda, akumulasi
penyusutan, goodwill, hak paten, aktiva tak berwujud lain, dan kontrak
penjualan.
Model Akuntansi
Ada tiga model akuntansi yang dibahas, yaitu:
1.
Historical cost accounting;
2.
Replacement cost accounting
3.
Net reliazable value accounting
Namun sebenarnya ada delapan
model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba, yaitu:
1. Pengukuran menurut unit uang:
a. Historical cost accounting
b. Replacement cost accounting
c. Net reliazable value
accounting
d. Present value accounting
2. Pengukuran menurut unit tenaga beli (General
Price Level)
a. GPL Historical cost
accounting
b. GPL Replacement cost
accounting
c. GPL Net reliazable value
accounting
d. GPL Present value
accounting.
Perbedaan ini timbul karena
hal di bawah ini:
1. Atribut yang dinilai
Atribut
yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Dalam model Historical Cost Accounting,
Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar
untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam
unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.
b. Dalam model Replacement Cost
Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan
dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah
hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.
c. Dalam model Net Realizable, atribut yang
dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh dengan
menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus
kewajiban itu sekarang.
d. Dalam model Present Value
atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang
diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang
diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai
berikut :
·
Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost),
masa kini (replacement cost dan net realizable value), dan masa yang akan
datang (present value).
·
Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost
merupakan transaksi perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan
present value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.
·
Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada
kejadian yang sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan,
dan replacement cost dan net realizable value didasarkan pada kejadian yang
sifatnya hipotesis (anggapan).
2. Unit of Measure
Ada dua jenis ukuran yang
dipakai, yaitu sebagai berikut:
a. Unit moneter
Yang menjadi unit pengukur adalah unit uang;
b. Unit daya beli
Dalam model ini
yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila
waktunya berbeda.
Penilaian dan Perbandingan terhadap Model
Akuntansi
Dalam
menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present
Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut.
a. Sukarnya
menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.
b. Pemilihan tingkat diskonto
yang sangat bervariasi
c. Alokasi arbitrer dari
taksoran arus kas dalam menilai asset
d. Alokasi arbitrer dan
taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam
menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian
adalah.
- Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)
Timing error timbul
akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi
dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.
- Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)
Kesalahan akibat
alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan
menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut.
- Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan
harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan laporan keuangan kita
harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan lain, agar
model akuntansi dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus :
“Jika…………………,
maka………………….” atau (if……….them).
Dengan rumus ini
maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti serta kegunaanya.
Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model
akuntansi yang menggunakan unit sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa
itu dinyatakan dalam jumlah rupiah (Number of Dollars = NOD).
Demikian juga jika
kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”, akan
tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila
konsep Current Value yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan
ukuran barang atau Command of Goods (COG)
- Relevansi
Informasi akuntansi harus
relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya khususnya untuk digunakan
dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada
masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sulit
bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu
akuntansi lebih mendalam
Ilustrasi
Beberapa Alternatif Model Akuntansi
Untuk
memberikan gambaran yang jelas antara
beberapa alternative model akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko Jaya yang
didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan memasarkan produk baru yang disebut
ESTIMA. Mdal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %.
Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya dengan membeli
6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan
menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.
Sementara
itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari 1
|
Mei 1
|
Desember
1
|
|
Replacement Cost
|
10
|
12
|
13
|
Net Realizable Value
|
-
|
15
|
17
|
General Price Level Index
|
100
|
130
|
156
|
1. Alternatif dengan Melihat Sudut
“Unit of Money”
Alternatif
yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu.
Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:
1. Historical Cost Accounting
2. Replacement Cost Accounting
2. Alternatif Dengan
Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit Tenaga Beli Umum
Dalam
model ini yang kita bahas adalah:
- General Price Level Adjusted Historical Accounting
- General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
- General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting
Nama : Welthi Sugiarti
NPM : 21208279
Kelas : 4eb13
Matkul : Teori Akuntansi
No comments:
Post a Comment