AKUNTANSI INFLASI
Menurut Drs.
Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
“merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang
telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga
informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang
berlaku.”
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah
untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang
tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan.
Akuntansi Inflasi merupakan sutu
metode untuk mengkoreksi,dengan menyatakan kembali sepenuhnya laporan keuangan
berdasarkan harga perolehan historis kedalam suatu cara yang mencerminkan
perubahan daya beli mata uang yang diukur dengan menggunakan angka
indeks.akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi konvensional yang
telah ada,namun merupajan informasi tambahan bagi para pemakainya.
Beberapa konsep yang digunakan untuk
mengantisipasi fluktuasi nilai uang sebagai akibat inflasi adalah :
1.
Current Cost Accounting (konsep akuntansi nilai sekarang )
Konsep dimana menyatakan nilai pos-pos laporan keuangan
dengan harga perolehan sekarang yaitu dengan harga perolehan dari pos yang
mempunyai umur dan kapsitas yang sama.
Kelebihan :
·
Current cost menunjukan jumlah yang
seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode berjalan untuk memperoleh
aktiva atau jasa.
·
Current cost memungkinkan
identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi,sehingga mencerminkan hasil-hasil
keputusan manajmen asset dan dampak dari lingkungan atas perusahaan yang tidak
tercermin dalam transaksi rutin.
·
Current cost menggambarkan nilai
aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan untuk memperoleh aktiva
tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
·
Penjumlahan aktiva yang dinyatakan
dalam nilai sekarang lebih bearti dari pada penambahan biaya historis yang
terjadi pada periode yang berbeda.
·
Current cost memungkinkan pelaporan
current operating profit,yang dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa
depan.
Kelemahan :
·
Pengguna current cost adalah
subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan sekarang yang pasti
setiap saat.
Masalah utama
yang dihadapi dalam pelaksanaan Akuntansi Nilai
Sekarang adalah
pengukuran dari nilai sekarang (current value) itu sendiri. Menurut Martin A.
Miller ada dua metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan yaitu :
Sistem Nilai Masukan (Entry Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit
Value System).
Entry Value
System didasarkan atas dasar harga pokok penggantian (Replacement Cost) atau
harga pokok, untuk memproduksi (Reproduksi Cost). Yang dimaksud dengan
Replacement Cost adalah estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
aktiva baru atau ekuivalennya pada harga sekarang (current prices) setelah
disesuaikan dengan depresiasi. Sedangkan Reproduction Cost dimaksud sebagai estimasi
biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya
pada harga sekarang setelah diasumsikan dengan depresiasinya.
Exit Value
Sistem biasanya didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net
Realizable Value) dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan
atas Discounted Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah
estimasi harga penjualan atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menjual aktiva tersebut. Sedangkan Discounted Future Cash
Flow dimaksudkan sebagai nilai sekarang (present value) dari estimasi pemasukan
kas (Cash Inflow) atau cast saving yang dijual pada tingkat bunga yang sesuai.
Elemen-Elemen Moneter dan Non Moneter
Dalam current cost accounting elemen-elemen di neraca perlu juga dibedakan
dalam elemen moneter dan non moneter.
Elemen non moneter adalah semua elemen yang bukan merupakan elemen moneter.
Seperti juga halnya dengan elemen moneter, elemen non moneter juga dibagi
kedalam aktiva dan kewajiban non moneter. Untuk elemen non moneter umumnya
ditetapkan kembali untuk menghadapi perubahan harga sekarang (changes in
current value).
Dalam menerapkan metode ini kesimpulan atas aktiva moneter dan non moneter
adalah sebgai berikut:
Karena aktiva moneter telah ditetapkan dalam jumlah uang yang tetap, mereka
itu menggambarkan sejumlah uang yang diharapkan untuk direalisasikan dalam
waktu dekat, oleh karenanya aktiva moneter secara efektif telah ditetapkan
kembali untuk current value financial statement (laporan keuangan dengan nilai
sekarang). Namun aktiva non moneter tidak ditetapkan dalam sejumlah uang yang
tetap dan karena itu menggambarkan Net Realizables Value mereka. Oleh karena
itu, aktiva non moneter harus ditetapkan kembali untuk disajikan pada Current
Value.
Holding Gain Or
Losses
Holding gain dan losser timbul dikarenakan adanya perbedaan antara
perbedaan antara harga pokok historis atau aktiva dengan harga pokoknya
sekarang.
Holding gain
terdiri atas dua komponen yaitu :
a) Realized
Holding Gains yang dihasilkan dari penyelesaian (disposal) aktiva, apakah
aktiva itu dijual/digunakan dalam suatu periode akuntansi.
b) Unrealized
Holding Gains yang dihasilkan dari penambahan dalam nilai sekarang (current
value) suatu aktiva dalam suatu periode akuntansi dimana aktiva tersebut masih
ditahan oleh perusahaan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengungkapan Akuntansi Kos Sekarang
adalah sebagai berikut : (Smith-Skousen: 1991:566)
a) Tetapkan
jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan.
b) Terapkan
“tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke jumlah nilai berjalan dan pilih yang
lebih rendah.
c) Berdasarkan
hasil langka b), hitunglah harga pokok penjualan, penyusutan dan amortisasi.
d) Tetapkan
perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan harta tak bergerak, pabrik, dan
peralatan menurut jumlah nominal dan juga rupiah konstan.
Bila perusahaan beranggapan bahwa perubahan nilai sekarang (current cost)
atau persediaan, harta tak gerak, pabrik, dan peralatan tidaklah besar dan tidak
memberikan pengaruh yang berarti atas laporan keuangan, maka pengungkapan atas
current cost ini tidak perlu dibuat, namun dalam catatan informasi tambahan
perlu disebutkan alasan yang mendukung.
2. General Price Level Accounting
(konsep gabungan antara konsep akuntansi tingkat harga umum dan konsep nilai
sekarang /akuntansi nilai konstan )
Merupakan suatu metode pelaporan yang menyatakan kembali
laporan keuangan mata uang historis karena adanya perubahan daya beli
umum.tujuan konsep ini adalah untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya
yang tetap dengan menggunakan ukuran indeks harga.Nilai Harta,Hutang dan Modal
yang terpengaruh oleh perubahan harga disesuaikan dengan factor indeks
harga,sehingga dapat disajikan dengan nilai uang yang sama dalam laporan
keuangan.
Keuntungan dari GPLA adalah :
v Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan.
v Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antara
periode
v Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan
datang secara lebih baik.
v Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang
dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan dari GPLA adalah :
Ø Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahan
yang berbeda jadi tidak dapat di samaratakan.
Ø GPLA tidak bermakna bagi perusahaan.
Ø Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas.
Ø Rasio itu adalah indicator Mentah.
Prinsip-prinsip Penerapan GPLA
Nilai aktiva dan pasiva yang disajikan dalam neraca adalah
nilai peroleha perolehan harga historis,untuk menyajikan pos-pos tersebut
menurut nilai sekarang,tahap-tahapannya adalah :
ü Mendapatkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan harga
perolehan historis.
ü Mendapatkan dan menentukan indeks tingkat harga umum yang
akan digunakan untuk penyesuaian,terdiri dari indeks harga yang meliputi umur
aktiva dan pasiva yang paling lama.
ü Mengklasifikasikan pos-pos nir moneter dengan factor
konversi indeks harga ,untuk menyatkan aktiva dengan nilai uang menurut harga
yang berlaku sekarang.
ü Menghitung laba atau Rugi yang timbul karena memiliki
pos-pos moneter.
Untuk metode
Akuntansi rupiah Konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang
berdaya beli sama yaitu dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan
sekarang.
Di Indonesia
angka indek yang lebih tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik.
Elemen-elemen
Moneter dan Non Moneter
Untuk keperluan dalam penerapan Akuntansi Rupiah Konstan, aktiva dan
kewajiban perlu dibedakan menjadi elemen moneter dan non moneter. Hal ini perlu
karena pada saat inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya
dikarenakan pada waktu tingkat harga umum meningkat, aktiva tersebut hanya
dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya. Sebaliknya yang
memiliki kewajiban moneter akan mengakui adanya laba karena kewajiban ini akan
dibayar dengan rupiah yang mempunyai daya beli yang lebih kecil daripada waktu
rupiah tersebut diterima dimana hutang itu timbul.
Akibat moneter adalah uang atau suatu klaim untuk menerima sejumlah uang
yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa
yang akan datang. Kewajiban moneter adalah suatu kewajiban untuk membayar
sejumlah uang yang jumlahlnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa
tertentu dimasa yang akan datang.
Semua aktiva
kewajiban yang tidak mempunyai sifat moneter adalah non moneter. Yang termasuk
dalam aktiva non moneter antara lain :
a)
Barang-barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau
aktiva-aktiva yang dimiliki dimana secara langsung digunakan untuk usaha
perusahaan.
b) Klaim atas
uang yang jumlahnya tergantung pada harga barang dan jasa tertentu.
c) Hak-hak
terakhir (residual right) seperti goodwil atau bagian pemilik perusahaan.
Yang termasuk dalam kewajiban non moneter antara lain :
a) Kewajiban
untuk menyerahkan barang atau jasa dalam kuantitas yang tetap dan tidak
tergantung pada perubahan harga-harga
b) Kewajiban
untuk membayar uang dalam jumlah yang tergantung pada harga barang atau jasa
tertentu dimasa yang akan datang.
Pemisahan elemen-elemen moneter dan non moneter dilakukan dalam penerapan
metode Akuntansi Rupiah Konstan, karena elemen-elemen moneter itu sudah dicatat
dengan rupiah sekarang, sehingga tidak perlu dibuat penyesuaian. sedangkan
elemen-elemen non moneter masih menggunakan rupiah masa sebelumnya sehingga
perlu dilakukan penyesuaian menjadi rupiah sekarang.
Rugi/Laba Dari
Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose)
Elemen moneter seperti kas, piutang disajikan pada neraca sebesar nilai
nominalnya. Untuk elemen moneter ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun
pemilikan elemen moneter ini. Karena pada saat dimana terjadi inflasi, pemegang
aktiva moneter akan kehilangan daya belinya karena dapat membeli barang atau
jasa yang lebih sedikit jumlahnya.
Tidak demikian halnya dengan pemegang kewajiban moneter akan memperoleh
keuntungan kerena membayar hutangnya dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih
kecil daripada saat dimana ia menerima uang (hutang) tersebut.
Sehubungan dengan aktiva dan kewajiban moneter, akan dijumpai apa yang
dinamakan dengan Positive Net Monetary Position adalah selisih antara monetry
assets suatu perusahaan dengan monetary liabilities dan equities-nya. Dalam
suatu periode tertentu, laba atau rugi dari pemegang monetary assets akan
dihapus (offset) oleh rugi atau laba, karena memegang monetary liabilities dan
equities. Laba atau rugi bersih untuk suatu periode, tergantung atas apakah
posisi keuangan dalam net monetary adalah positive atau negative. Perusahaan
dikatakan berada dalam posisi positive net monetary bila total monetary
asset-nya melebihi total monetary liabilities dan equities-nya. Sebaiknya bila
total monetary asset-nya kurang dari total monetary liabilities dan equitiesnya,
maka perusahaan dikatakan berada pada posisi negative net monetary.
Laba atau Rugi sehubungan dengan net monetary possition perusahaan dapat
digambarkan sebagai berikut: (Smith-Skousen: 1991:551)
Rising Price Declining
Price
Possitive Net
Monetary Position : loss gain
Negative Net
Monetary Position : gain loss
Kesimpulannya adalah bahwa Akuntansi Rupiah Konstan hanya menggambarkan
perubahan dalam tingkat harga umum, sehingga, menyampingkan perubahan harga
khusus.
Disamping itu
banyak para akuntan mempertanyakan apakah manfaat yang diperoleh lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan data-data rupiah konstan.
Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh laporan keuangan inflasi bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi keuangan terutama manajemen perusahaan,
antara lain :
1.
Dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih
efektif.
2.
Menghasilkan analisa profitabilitas produksi lebih
realistis.
3.
Memberikan perhatian yang lebih besar pada harga uang
yang lebih besar.
4.
Manajemen aktiva tetap yang lebih baik.
5.
Penentuan harga yang lebih baik.
6.
Meningkatkan kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat
pajak dan deviden yang dibayarkan secara efektif.
istilah akuntansi inflasi
akuntansi Inflasi adalah istilah yang
menggambarkan berbagai sistem akuntansi yang dirancang untuk memperbaiki
masalah yang timbul dari akuntansi biaya historis dengan adanya inflasi.
Akuntansi Inflasi digunakan di
negara-negara mengalami inflasi yang tinggi atau hiperinflasi.. Sebagai contoh,
di negara-negara yang mengalami hiperinflasi Internasional Dewan Standar
Akuntansi membutuhkan laporan keuangan perusahaan harus disesuaikan dengan
perubahan daya beli dengan menggunakan indeks harga.
Harga perolehan dasar dalam laporan keuangan
Nilai wajar akuntansi (juga disebut biaya
penggantian atau arus akuntansi biaya akuntansi) secara luas digunakan pada
abad ke-20 ke-19 dan awal, tapi akuntansi biaya historis menjadi lebih luas
setelah nilai berlebihan selama tahun 1920 telah dibalik selama Depresi Besar
1930-an. Sebagian besar prinsip akuntansi biaya historis dikembangkan setelah
Wall Street Crash tahun 1929, termasuk dugaan mata uang yang stabil.
Mengukur prinsip unit
Di bawah sistem berbasis biaya historis,
inflasi menyebabkan dua masalah dasar. Pertama, banyak dari angka-angka sejarah
yang muncul di laporan keuangan secara ekonomis tidaklah relevan karena harga
telah berubah karena mereka terjadi. Kedua, karena angka-angka pada laporan keuangan
merupakan dolar dikeluarkan pada titik waktu yang berbeda dan, pada gilirannya,
mewujudkan jumlah yang berbeda daya beli, mereka hanya tidak aditif. Oleh
karena itu, penambahan kas sebesar $ 10.000 diadakan pada tanggal 31 Desember
2002, dengan uang USD 10.000 merupakan biaya perolehan tanah yang diperoleh
pada tahun 1955 (ketika tingkat harga secara signifikan lebih rendah) adalah
operasi meragukan karena jumlah berbeda nyata dari daya beli diwakili oleh dua
nomor.
Dengan menambahkan jumlah dolar yang
mewakili jumlah yang berbeda daya beli, jumlah yang dihasilkan menyesatkan,
sebagai salah satu akan menambahkan 10.000 dolar untuk 10.000 Euro untuk
mendapatkan total 20.000. Demikian juga mengurangi jumlah dolar yang mewakili
jumlah yang berbeda daya beli dapat menyebabkan capital gain jelas yang
sebenarnya adalah kehilangan modal. Jika bangunan yang dibeli tahun 1970
seharga $ 20,000 dijual tahun 2006 seharga $ 200,000 saat biaya penggantian nya
adalah $ 300.000, keuntungan nyata dari $ 180.000 adalah ilusi.
pelaporan yang menyesatkan dalam akuntansi biaya historis
"Di banyak negara, laporan keuangan
primer disusun berdasarkan konsep biaya historis tanpa memperhatikan baik untuk
perubahan tingkat harga umum atau untuk kenaikan harga tertentu aset yang dimiliki,
kecuali sejauh bahwa aktiva tetap dan investasi mungkin akan dinilai kembali.
"
Mengabaikan perubahan tingkat harga umum
dalam pelaporan keuangan menciptakan distorsi dalam laporan keuangan seperti:
·
Melaporkan
laba dapat melebihi pendapatan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham tanpa
mempengaruhi operasi yang sedang berlangsung perusahaan
·
Nilai
aset untuk persediaan, peralatan dan pabrik tidak mencerminkan nilai ekonomi
mereka untuk bisnis laba masa depan
·
tidak
mudah diproyeksikan dari laba sejarah
·
Dampak
perubahan harga pada aktiva dan kewajiban moneter tidak jelas
·
Kebutuhan
modal masa depan yang sulit untuk meramalkan dan dapat menyebabkan leverage
meningkat, yang meningkatkan risiko bisnis
·
Ketika
kinerja ekonomi yang sebenarnya adalah terdistorsi, distorsi ini menyebabkan
konsekuensinya sosial dan politik yang merusak usaha (contoh: kebijakan pajak
miskin dan kesalahpahaman masyarakat tentang perilaku perusahaan)
Sejarah akuntansi inflasi
Akuntan di Inggris dan Amerika Serikat
telah membahas dampak inflasi terhadap laporan keuangan sejak awal 1900-an,
dimulai dengan teori indeks jumlah dan daya beli. 1911 buku Irving Fisher
Kekuatan Pembelian Uang tersebut digunakan sebagai sumber oleh Henry W. Sweeney
pada tahun 1936 bukunya Akuntansi stabil, yang sekitar Konstan Purchasing Power
Akuntansi. Model oleh Sweeney digunakan oleh The American Institute Akuntan
Publik untuk 1963 studi penelitian mereka (ARS6) Pelaporan Keuangan Dampak
Perubahan Harga-Level, dan kemudian digunakan oleh Dewan Prinsip Akuntansi
(AS), Dewan Standar Keuangan (Amerika Serikat), dan Standar Akuntansi Komite
Pengarah (Inggris). Sweeney menganjurkan menggunakan indeks harga yang mencakup
segala sesuatu dalam produk nasional bruto. Pada bulan Maret 1979, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menulis Konstan Dolar Akuntansi, yang
menganjurkan menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Semua Urban Konsumen
(CPI-U) untuk menyesuaikan akun karena dihitung setiap bulan.
Selama Depresi Besar, beberapa perusahaan
menyajikan kembali laporan keuangan mereka untuk mencerminkan inflasi. Pada
saat selama 50 tahun terakhir penetapan standar organisasi telah mendorong
perusahaan untuk melengkapi laporan keuangan berbasis biaya dengan laporan yang
disesuaikan tingkat harga. Selama periode inflasi tinggi di tahun 1970, FASB
sedang meninjau proposal rancangan untuk laporan disesuaikan tingkat harga
ketika Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) mengeluarkan ASR 190, yang membutuhkan
sekitar 1.000 dari perusahaan terbesar AS untuk memberikan informasi tambahan
berdasarkan pada biaya pengganti. FASB menarik RUU.
model Inflasi akuntansi
Inflasi akuntansi tidak akuntansi nilai
wajar. Inflasi akuntansi, juga disebut akuntansi tingkat harga, adalah sama
dengan laporan keuangan mengkonversi ke mata uang lain dengan menggunakan kurs.
Dalam beberapa (tidak semua) model inflasi akuntansi, biaya historis dikonversi
dengan biaya disesuaikan tingkat harga-menggunakan indeks harga umum atau
khusus.
Nama : Welthi Sugiarti
NPM : 21208279
NPM : 21208279
Kelas : 4eb13
Matkul : Teori Akuntansi
No comments:
Post a Comment