DoLphin

DoLphin

Monday 5 November 2012

Akuntansi Inflasi



AKUNTANSI INFLASI

Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
“merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan.
Akuntansi Inflasi merupakan sutu metode untuk mengkoreksi,dengan menyatakan kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan harga perolehan historis kedalam suatu cara yang mencerminkan perubahan daya beli mata uang yang diukur dengan menggunakan angka indeks.akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi konvensional yang telah ada,namun merupajan informasi tambahan bagi para pemakainya.
Beberapa konsep yang digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai uang sebagai akibat inflasi adalah :
1.  Current Cost Accounting (konsep akuntansi nilai sekarang )
Konsep dimana menyatakan nilai pos-pos laporan keuangan dengan harga perolehan sekarang yaitu dengan harga perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapsitas yang sama.
Kelebihan :
·         Current cost menunjukan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
·         Current cost memungkinkan identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi,sehingga mencerminkan hasil-hasil keputusan manajmen asset dan dampak dari lingkungan atas perusahaan yang tidak tercermin dalam transaksi rutin.
·         Current cost menggambarkan nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan untuk memperoleh aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
·         Penjumlahan aktiva yang dinyatakan dalam nilai sekarang lebih bearti dari pada penambahan biaya historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
·         Current cost memungkinkan pelaporan current operating profit,yang dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.
Kelemahan :
·         Pengguna current cost adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan sekarang yang pasti setiap saat.
Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan Akuntansi Nilai Sekarang adalah pengukuran dari nilai sekarang (current value) itu sendiri. Menurut Martin A. Miller ada dua metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan yaitu : Sistem Nilai Masukan (Entry Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit Value System).
Entry Value System didasarkan atas dasar harga pokok penggantian (Replacement Cost) atau harga pokok, untuk memproduksi (Reproduksi Cost). Yang dimaksud dengan Replacement Cost adalah estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru atau ekuivalennya pada harga sekarang (current prices) setelah disesuaikan dengan depresiasi. Sedangkan Reproduction Cost dimaksud sebagai estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya pada harga sekarang setelah diasumsikan dengan depresiasinya.
Exit Value Sistem biasanya didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable Value) dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas Discounted Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah estimasi harga penjualan atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual aktiva tersebut. Sedangkan Discounted Future Cash Flow dimaksudkan sebagai nilai sekarang (present value) dari estimasi pemasukan kas (Cash Inflow) atau cast saving yang dijual pada tingkat bunga yang sesuai.
                                            
Elemen-Elemen Moneter dan Non Moneter
Dalam current cost accounting elemen-elemen di neraca perlu juga dibedakan dalam elemen moneter dan non moneter.
Elemen non moneter adalah semua elemen yang bukan merupakan elemen moneter. Seperti juga halnya dengan elemen moneter, elemen non moneter juga dibagi kedalam aktiva dan kewajiban non moneter. Untuk elemen non moneter umumnya ditetapkan kembali untuk menghadapi perubahan harga sekarang (changes in current value).
Dalam menerapkan metode ini kesimpulan atas aktiva moneter dan non moneter adalah sebgai berikut:
Karena aktiva moneter telah ditetapkan dalam jumlah uang yang tetap, mereka itu menggambarkan sejumlah uang yang diharapkan untuk direalisasikan dalam waktu dekat, oleh karenanya aktiva moneter secara efektif telah ditetapkan kembali untuk current value financial statement (laporan keuangan dengan nilai sekarang). Namun aktiva non moneter tidak ditetapkan dalam sejumlah uang yang tetap dan karena itu menggambarkan Net Realizables Value mereka. Oleh karena itu, aktiva non moneter harus ditetapkan kembali untuk disajikan pada Current Value.
Holding Gain Or Losses
Holding gain dan losser timbul dikarenakan adanya perbedaan antara perbedaan antara harga pokok historis atau aktiva dengan harga pokoknya sekarang.
Holding gain terdiri atas dua komponen yaitu :
a) Realized Holding Gains yang dihasilkan dari penyelesaian (disposal) aktiva, apakah aktiva itu dijual/digunakan dalam suatu periode akuntansi.
b) Unrealized Holding Gains yang dihasilkan dari penambahan dalam nilai sekarang (current value) suatu aktiva dalam suatu periode akuntansi dimana aktiva tersebut masih ditahan oleh perusahaan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengungkapan Akuntansi Kos Sekarang adalah sebagai berikut : (Smith-Skousen: 1991:566)
a) Tetapkan jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan.
b) Terapkan “tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke jumlah nilai berjalan dan pilih yang lebih rendah.
c) Berdasarkan hasil langka b), hitunglah harga pokok penjualan, penyusutan dan amortisasi.
d) Tetapkan perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan menurut jumlah nominal dan juga rupiah konstan.
Bila perusahaan beranggapan bahwa perubahan nilai sekarang (current cost) atau persediaan, harta tak gerak, pabrik, dan peralatan tidaklah besar dan tidak memberikan pengaruh yang berarti atas laporan keuangan, maka pengungkapan atas current cost ini tidak perlu dibuat, namun dalam catatan informasi tambahan perlu disebutkan alasan yang mendukung.

2. General Price Level Accounting (konsep gabungan antara konsep akuntansi tingkat harga umum dan konsep nilai sekarang /akuntansi nilai konstan )
Merupakan suatu metode pelaporan yang menyatakan kembali laporan keuangan mata uang historis karena adanya perubahan daya beli umum.tujuan konsep ini adalah untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap dengan menggunakan ukuran indeks harga.Nilai Harta,Hutang dan Modal yang terpengaruh oleh perubahan harga disesuaikan dengan factor indeks harga,sehingga dapat disajikan dengan nilai uang yang sama dalam laporan keuangan.
Keuntungan dari GPLA adalah :
v  Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan.
v  Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antara periode
v  Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik.
v  Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan dari GPLA adalah :
Ø  Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahan yang berbeda jadi tidak dapat di samaratakan.
Ø  GPLA tidak bermakna bagi perusahaan.
Ø  Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas.
Ø  Rasio itu adalah indicator Mentah.

Prinsip-prinsip Penerapan GPLA
Nilai aktiva dan pasiva yang disajikan dalam neraca adalah nilai peroleha perolehan harga historis,untuk menyajikan pos-pos tersebut menurut nilai sekarang,tahap-tahapannya adalah :
ü  Mendapatkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan harga perolehan historis.
ü  Mendapatkan dan menentukan indeks tingkat harga umum yang akan digunakan untuk penyesuaian,terdiri dari indeks harga yang meliputi umur aktiva dan pasiva yang paling lama.
ü  Mengklasifikasikan pos-pos nir moneter dengan factor konversi indeks harga ,untuk menyatkan aktiva dengan nilai uang menurut harga yang berlaku sekarang.
ü  Menghitung laba atau Rugi yang timbul karena memiliki pos-pos moneter.
Untuk metode Akuntansi rupiah Konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang berdaya beli sama yaitu dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan sekarang.
Di Indonesia angka indek yang lebih tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik.

Elemen-elemen Moneter dan Non Moneter
Untuk keperluan dalam penerapan Akuntansi Rupiah Konstan, aktiva dan kewajiban perlu dibedakan menjadi elemen moneter dan non moneter. Hal ini perlu karena pada saat inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya dikarenakan pada waktu tingkat harga umum meningkat, aktiva tersebut hanya dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya. Sebaliknya yang memiliki kewajiban moneter akan mengakui adanya laba karena kewajiban ini akan dibayar dengan rupiah yang mempunyai daya beli yang lebih kecil daripada waktu rupiah tersebut diterima dimana hutang itu timbul.
Akibat moneter adalah uang atau suatu klaim untuk menerima sejumlah uang yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang. Kewajiban moneter adalah suatu kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang jumlahlnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Semua aktiva kewajiban yang tidak mempunyai sifat moneter adalah non moneter. Yang termasuk dalam aktiva non moneter antara lain :
a) Barang-barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau aktiva-aktiva yang dimiliki dimana secara langsung digunakan untuk usaha perusahaan.
b) Klaim atas uang yang jumlahnya tergantung pada harga barang dan jasa tertentu.
c) Hak-hak terakhir (residual right) seperti goodwil atau bagian pemilik perusahaan.
Yang termasuk dalam kewajiban non moneter antara lain :
a) Kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa dalam kuantitas yang tetap dan tidak tergantung pada perubahan harga-harga
b) Kewajiban untuk membayar uang dalam jumlah yang tergantung pada harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Pemisahan elemen-elemen moneter dan non moneter dilakukan dalam penerapan metode Akuntansi Rupiah Konstan, karena elemen-elemen moneter itu sudah dicatat dengan rupiah sekarang, sehingga tidak perlu dibuat penyesuaian. sedangkan elemen-elemen non moneter masih menggunakan rupiah masa sebelumnya sehingga perlu dilakukan penyesuaian menjadi rupiah sekarang.

Rugi/Laba Dari Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose)
Elemen moneter seperti kas, piutang disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk elemen moneter ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen moneter ini. Karena pada saat dimana terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya karena dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya.
Tidak demikian halnya dengan pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena membayar hutangnya dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil daripada saat dimana ia menerima uang (hutang) tersebut.
Sehubungan dengan aktiva dan kewajiban moneter, akan dijumpai apa yang dinamakan dengan Positive Net Monetary Position adalah selisih antara monetry assets suatu perusahaan dengan monetary liabilities dan equities-nya. Dalam suatu periode tertentu, laba atau rugi dari pemegang monetary assets akan dihapus (offset) oleh rugi atau laba, karena memegang monetary liabilities dan equities. Laba atau rugi bersih untuk suatu periode, tergantung atas apakah posisi keuangan dalam net monetary adalah positive atau negative. Perusahaan dikatakan berada dalam posisi positive net monetary bila total monetary asset-nya melebihi total monetary liabilities dan equities-nya. Sebaiknya bila total monetary asset-nya kurang dari total monetary liabilities dan equitiesnya, maka perusahaan dikatakan berada pada posisi negative net monetary.
Laba atau Rugi sehubungan dengan net monetary possition perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut: (Smith-Skousen: 1991:551)

Rising Price Declining Price
Possitive Net Monetary Position : loss gain
Negative Net Monetary Position : gain loss
Kesimpulannya adalah bahwa Akuntansi Rupiah Konstan hanya menggambarkan perubahan dalam tingkat harga umum, sehingga, menyampingkan perubahan harga khusus.
Disamping itu banyak para akuntan mempertanyakan apakah manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan data-data rupiah konstan.
Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh laporan keuangan inflasi bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi keuangan terutama manajemen perusahaan, antara lain :
1.      Dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih efektif.
2.      Menghasilkan analisa profitabilitas produksi lebih realistis.
3.      Memberikan perhatian yang lebih besar pada harga uang yang lebih besar.
4.      Manajemen aktiva tetap yang lebih baik.
5.      Penentuan harga yang lebih baik.
6.      Meningkatkan kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat pajak dan deviden yang dibayarkan secara efektif.

istilah akuntansi inflasi

akuntansi Inflasi adalah istilah yang menggambarkan berbagai sistem akuntansi yang dirancang untuk memperbaiki masalah yang timbul dari akuntansi biaya historis dengan adanya inflasi. Akuntansi Inflasi digunakan di negara-negara mengalami inflasi yang tinggi atau hiperinflasi.. Sebagai contoh, di negara-negara yang mengalami hiperinflasi Internasional Dewan Standar Akuntansi membutuhkan laporan keuangan perusahaan harus disesuaikan dengan perubahan daya beli dengan menggunakan indeks harga.
Harga perolehan dasar dalam laporan keuangan
Nilai wajar akuntansi (juga disebut biaya penggantian atau arus akuntansi biaya akuntansi) secara luas digunakan pada abad ke-20 ke-19 dan awal, tapi akuntansi biaya historis menjadi lebih luas setelah nilai berlebihan selama tahun 1920 telah dibalik selama Depresi Besar 1930-an. Sebagian besar prinsip akuntansi biaya historis dikembangkan setelah Wall Street Crash tahun 1929, termasuk dugaan mata uang yang stabil.
Mengukur prinsip unit
Di bawah sistem berbasis biaya historis, inflasi menyebabkan dua masalah dasar. Pertama, banyak dari angka-angka sejarah yang muncul di laporan keuangan secara ekonomis tidaklah relevan karena harga telah berubah karena mereka terjadi. Kedua, karena angka-angka pada laporan keuangan merupakan dolar dikeluarkan pada titik waktu yang berbeda dan, pada gilirannya, mewujudkan jumlah yang berbeda daya beli, mereka hanya tidak aditif. Oleh karena itu, penambahan kas sebesar $ 10.000 diadakan pada tanggal 31 Desember 2002, dengan uang USD 10.000 merupakan biaya perolehan tanah yang diperoleh pada tahun 1955 (ketika tingkat harga secara signifikan lebih rendah) adalah operasi meragukan karena jumlah berbeda nyata dari daya beli diwakili oleh dua nomor.
Dengan menambahkan jumlah dolar yang mewakili jumlah yang berbeda daya beli, jumlah yang dihasilkan menyesatkan, sebagai salah satu akan menambahkan 10.000 dolar untuk 10.000 Euro untuk mendapatkan total 20.000. Demikian juga mengurangi jumlah dolar yang mewakili jumlah yang berbeda daya beli dapat menyebabkan capital gain jelas yang sebenarnya adalah kehilangan modal. Jika bangunan yang dibeli tahun 1970 seharga $ 20,000 dijual tahun 2006 seharga $ 200,000 saat biaya penggantian nya adalah $ 300.000, keuntungan nyata dari $ 180.000 adalah ilusi.

pelaporan yang menyesatkan dalam akuntansi biaya historis
"Di banyak negara, laporan keuangan primer disusun berdasarkan konsep biaya historis tanpa memperhatikan baik untuk perubahan tingkat harga umum atau untuk kenaikan harga tertentu aset yang dimiliki, kecuali sejauh bahwa aktiva tetap dan investasi mungkin akan dinilai kembali. "
Mengabaikan perubahan tingkat harga umum dalam pelaporan keuangan menciptakan distorsi dalam laporan keuangan seperti:
·         Melaporkan laba dapat melebihi pendapatan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham tanpa mempengaruhi operasi yang sedang berlangsung perusahaan
·         Nilai aset untuk persediaan, peralatan dan pabrik tidak mencerminkan nilai ekonomi mereka untuk bisnis laba masa depan
·         tidak mudah diproyeksikan dari laba sejarah
·         Dampak perubahan harga pada aktiva dan kewajiban moneter tidak jelas
·         Kebutuhan modal masa depan yang sulit untuk meramalkan dan dapat menyebabkan leverage meningkat, yang meningkatkan risiko bisnis
·         Ketika kinerja ekonomi yang sebenarnya adalah terdistorsi, distorsi ini menyebabkan konsekuensinya sosial dan politik yang merusak usaha (contoh: kebijakan pajak miskin dan kesalahpahaman masyarakat tentang perilaku perusahaan)

Sejarah akuntansi inflasi
Akuntan di Inggris dan Amerika Serikat telah membahas dampak inflasi terhadap laporan keuangan sejak awal 1900-an, dimulai dengan teori indeks jumlah dan daya beli. 1911 buku Irving Fisher Kekuatan Pembelian Uang tersebut digunakan sebagai sumber oleh Henry W. Sweeney pada tahun 1936 bukunya Akuntansi stabil, yang sekitar Konstan Purchasing Power Akuntansi. Model oleh Sweeney digunakan oleh The American Institute Akuntan Publik untuk 1963 studi penelitian mereka (ARS6) Pelaporan Keuangan Dampak Perubahan Harga-Level, dan kemudian digunakan oleh Dewan Prinsip Akuntansi (AS), Dewan Standar Keuangan (Amerika Serikat), dan Standar Akuntansi Komite Pengarah (Inggris). Sweeney menganjurkan menggunakan indeks harga yang mencakup segala sesuatu dalam produk nasional bruto. Pada bulan Maret 1979, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menulis Konstan Dolar Akuntansi, yang menganjurkan menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Semua Urban Konsumen (CPI-U) untuk menyesuaikan akun karena dihitung setiap bulan.
Selama Depresi Besar, beberapa perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan mereka untuk mencerminkan inflasi. Pada saat selama 50 tahun terakhir penetapan standar organisasi telah mendorong perusahaan untuk melengkapi laporan keuangan berbasis biaya dengan laporan yang disesuaikan tingkat harga. Selama periode inflasi tinggi di tahun 1970, FASB sedang meninjau proposal rancangan untuk laporan disesuaikan tingkat harga ketika Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) mengeluarkan ASR 190, yang membutuhkan sekitar 1.000 dari perusahaan terbesar AS untuk memberikan informasi tambahan berdasarkan pada biaya pengganti. FASB menarik RUU.

model Inflasi akuntansi
Inflasi akuntansi tidak akuntansi nilai wajar. Inflasi akuntansi, juga disebut akuntansi tingkat harga, adalah sama dengan laporan keuangan mengkonversi ke mata uang lain dengan menggunakan kurs. Dalam beberapa (tidak semua) model inflasi akuntansi, biaya historis dikonversi dengan biaya disesuaikan tingkat harga-menggunakan indeks harga umum atau khusus.


Nama : Welthi Sugiarti
NPM : 21208279
Kelas : 4eb13
Matkul : Teori Akuntansi

No comments:

Post a Comment